Kamis, 03 Juni 2010

MANUSIA DAN CINTA KASIH


Bab 4
MANUSIA DAN CINTA KASIH

A. PENGERTIAN CINTA KASIH


 

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah
rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau
sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau
menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga
kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan
suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan
juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan
kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih
dapat diwujudkan secara nyata.

Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta
merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan
anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian
pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia
menyembah Tuhan dengan ichlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada
syariat-Nya









Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama
memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari
kemampuan. Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi,
bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung
jawab, pematian dan pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah
cinta seorang ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mangasuh
anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan tanggung jawab dalam arti benar adalah sesuatu
tindakan yang sama sekali suka rela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya
menunjukkan penyelenggaraan atas hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian
yang berarti mempeihatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka
diri sebagaimana adanya. Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk
mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur tersebut, yaitu pengasuhan, tanggung
jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat dibina secara lebih baik.

Pengertian tentang cinta dikemukanakn juga oleh Dr Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya
bahwa cinta memilikki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang
dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas
untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji dengan dia harus
ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu
adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan
dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, Ibu, saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan:sayang dan sebagainya. Makan minum dari
satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa
berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang ketiga adalah
kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama
tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya .
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta

Keterikatan / \ Keintiman

Kemesraan
Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan, bahwa tidak semua unsur cinta
itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau
kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya
besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada
kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau
saudara sekandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan
orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya.

Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur
keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta yang pincang,
karena garis-garis unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi.



B. CINTA MENURUT AJARAN AGAMA

Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan
dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta
dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat lagu dan organisasi perdamaian
dunia, tetapi di pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari
kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk.
Kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang-kadang mencintai orang lain.
Atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini
bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur'an.

Cinta diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap
hidup, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Pun ia mencintai segala
sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu
yang menghalanginya untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci
segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Qur'an telah
mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini, kecenderungannya untuk
menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari dari
segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, malalui ucapan Nabi Muhammad
SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak
hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan
memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup.
(QS, al-"Adiyat, 100:8)

Cinta kepada sesama manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia
lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Pun
hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang
lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, Allah
ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak
pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk
memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang
diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha
untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari
gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat,
bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri
dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu
dan masyarakat.
Al-Qur'an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta mencintai
seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung
pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.


Cinta kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan
fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa
modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya
dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak
kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber
kekuatan dan kebanggaan , dan merupakan faktor penting bagi kelasungan peran bapak dan
kehidupan dan tetap terkenangnya dia setelah meninggal dunia. Ini terlihat jelas dalam do'a
Zakaria as, yang memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan
mewarisinya dan mewarisi keluarga Ya'qub :

"Ia berkata : "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau,
ya Tuhanku. Dan sesungguhnyya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku,
sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau
seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga Ya'qub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai : QS, Maryam, 19:4-6)

Cinta kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta,
menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal
sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah
yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga
Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesatan
menuju cahaya petunjuk


C. KASIH SAYANG

Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa indonesia karangan
W.J.S.Poerwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada
seseorang.
Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih
sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta." Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri
dengan perkawinan, maka didalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi
bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung
jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga
keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang,
misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang
yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang dapat merasakan kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anak yang
telah dewasa, melainkan bayi yang masih merahpun telah dapat merasakan kasih sayang dari
ayah dan ibunya. Bayi yang masih merah telah dapat mengenal suara atau sentuhan tangan
ayah ibunya. Bagaimana sikap ibunya memegang/menggendong telah dikenalnya. Hal ini
karena sang bayi telah mempunyai kepribadian.

Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang
tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula sebaliknya. Dari
cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :

(1) Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa
moral-materiil dengan sebanyak-banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan, tanpa
memberikan respon. Hal ini menyebabkan si anak menjadi takut, kurang berani dalam
masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri
sendiri di dalam masyarakat.

(2) Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya,
kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak,
tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.

(3) Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Di sini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri,
tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang,
masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu, orang tua
hanya memenuhi dalam bidang materi saja.

(4) Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan
sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra,
saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
Kasih sayang itu nampak sekali bila seorang ibu sedang menyusui atau menggendong,
bayinya itu diajak bercakap-cakap, ditimang-timang, dinyanyikan, meskipun bayi itu tak tahu
arti kata-kata, lagu dan sebagainya.



D. KEMESRAAN

Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab.
Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara
maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya makna kasih mengatakan "jika seorang pemuda
jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia mulai hidup
untuk orang lain".
Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah "romeo
dan Juliet", bila di Indonesia kisah Roro mendut-Pronocitro.
Yose Ortage Y Gasset dalam novelnya "On love" mengatakan "dikedalaman sanubarinya
seorang pencinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya. Persatuan bersifat
kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya".
Selanjutnya Yose mengatakan, bahwa si pencinta tidaklah kehilangan pribadinya dalam
aliran enersi cinta tersebut. Malahan pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang
demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya sendiri.
Kemampuan mencinta memberi nilai hidup kita, dan menjadi ukuran terpenting dalam
menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi kita.
Dari uraian di atas terlihat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila seseorang mengobral
cinta, maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti menurunkan martabat dirinya sendiri.

 E. PEMUJAAN

Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang
diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti,
nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab itu terjadi adalah karena Tuhan
mencipta alam semesta. Seperti dalam surat Al-Furqon ayat 59 - 60 yang menyatakan, " Dia
yang menciptakan langit dan bumi beserta apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian
masa, kemudia dia bertahta di atas singgasana-Nya. Dia maha pengasih, maka tanyakanlah
kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui". Selanjutnya ayat 60, "Bila dikatakan
kepada mereka, sujudlah kepada Tuhan yang maha pengasih ".
Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia
mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya
dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya. Dalam surat Al-Mu'minin
ayat 98 dinyatakan, " Dan aku berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari kehadiran-Nya di
dekatku.

 F. BELAS KASIHAN
Dalam cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta disini bukan
karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaannya. Penderitaan
ini mengandung arti yang luas. Mungkin tua, sakit-sakitan, yatim, yatim piatu, penyakit yang
dideritanya, dan sebagainya.
Jadi kata kasihan atau rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan yang
diderita orang lain. Kemudian apa bedanya Rahmah dengan Rahman ? kalau Rahman ada
unsur memberi. Misalnya seseorang memusuhi kita, tetapi kita tidak membalasnya, malahan
kita jadikan dia sebagai teman baik. Jadi pengertian rahmah adalah kita menaruh perhatian
(simpati) terhadap penderitaan orang lain, lalu kita menunjukkan jalan keluar kepadanya.
Tetapi kalau kita menaruh rasa simpati kepada orang yang tidak dalam kesulitan, sehingga
menyebabkan rusak (menjerumuskan), maka hal itu disebut memanjakan.
Dalam surat Al-Qolam ayat 4, maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang
lain, karena belas kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang
berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.
Perbuatan atau sifat menaruh belas kasihan adalah orang yang berahlak. Manusia
mempunyai potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi
belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah
oleh Allah SWT.
Dalam esai on love ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan tanpa syarat. Itu
berarti dalam rasa belas kasihan tidak terkandung unsur pamrih. Belas kasihan yang kita
tumpahkan benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Kalau kita memberikan uang pada
pengemis agar mendapatkan pujian, itu berarti tidak ikhlas, berarti ada tujuan tertentu. Hal
seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat
G. CINTA KASIH EROTIS
Cinta kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antar orang-orang yang sama-sama
sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadap orang-orang yang
lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara kedua jenis tersebut, kedua-duanya
mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya cinta ksih tidak terbatas kepada seseorang
saja. Bila saya kasihi saudara saya, semua anak saya, disamping itu bahkan saya saya kasihi
semua anak-anak yang membutuhkan saya. Berlawanan dengan kedua jenis cinta kasih tersebut
ialah cinta kasih erotis, yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan
dengan seseorang lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat ekslusif, bukan
universal, dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.
Pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali dicampurbaurkan dengan pengalaman yang
eksplosif berupa jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat
diantara dua orang yang asing satu sama lain. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih
dahulu, pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara
saja. Bilamana orang asing tadi telah menjadi seseorang yang diketahui secara intim , tak ada
lagi rintangan yang harus diatasi, tidak ada lagi kemesraan tiba-tiba yang harus diperjuangkan.
Pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya sendiri. Atau barangkali harus
dikatakan "kurang" dipahami seperti dirinya sendiri. Apabila terdapat perasaan yang telah
mendalam terhadap pribadi yang lain apabila orang dapat mengalami ketakterhitungan
pribadinya sendiri, maka pribadi orang lain tidak pernah akan begitu biasa baginya, dan
keajaiban mengatasi rintangan-rintangan dapat terjadi lagi berulang-ulang tiap hari. Tetapi,
untuk kebanyakan orang pribadinya, seperti juga pribadi orang lain, mudah dipahami cukup
lengkap. Untuk mereka intimitas atau kemesraan itu terutama diperoleh dengan cara hubungan
seksual. Karena meereka mengalami keterpisahan orang lain terutama sebagai keterpisahan
fisik, maka dengan dengan mengadakan penyatuan fisik, orang telah mengatasi keterpisahan
tersebut, demikian anggapannya.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z:

Posting Komentar

Powered By Blogger

OKe

no hal

Search